MA`RIFATUL ISLAM
1) MA`NA AL-ISLAM (Makna Islam)
Sinopsis :
Islam secara etimologis memiliki makna :
menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
berserah diri (QS. 3 : 83)
suci, bersih (QS. 26 : 89)
selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
perdamaian (QS 47 :35)
Dengan pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki sifat yang dibawanya yaitu berserah diri dan wujud perdamaian. Manakala kalimat Islam didalam Al Qur’an disebut disebut sebagai diin (QS. 3 : 19, 85) yang berarti suatu manhaj. Sistem dan aturan hidup yang menyeluruh dan lengkap. Dengan demikian, kalimat Islam adalah ketundukkan, wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7), diin keselamatan dunia-akhirat. Kesimpulan dari makna-makna tersebut : Islam adalah panduan hidup yang lengkap bagi manusia, dengan berserah diri dan tunduk maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dunia dan akhirat. Akhirnya, Rasulullah bersabda bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya. Islam itu tinggi dan akan dimenangkan ke atas semua agama, kepercayaan dan ideologi (QS. 48 : 28, 9 : 33).
PENGERTIAN ISLAM
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif/kata kerja asli) dari kata aslama.
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1.‘salm’ yang berarti damai.
2. ‘aslama’ yang berarti menyerah.
3.istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
4. ‘saliim’ yang berarti bersih dan suci.
5. ‘salam’ yang berarti selamat dan sejahtera.
1. Salm/Damai
Kata ‘salm’ dalam memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
2. Aslama/Menyerah
Seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
3. istaslama–mustaslimun/penyerahan total kepada Allah.
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.
4. Saliim/Bersih dan Suci
Pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5. Salam/Selamat dan Sejahtera.
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan.
Secara Istilah, berarti :
Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ringkasan dalil:
Makna Etimologis Islam
menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
berserah diri (QS. 3 : 83)
suci, bersih (QS. 26 : 89)
selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
perdamaian (QS 47 :35)
Kalimat Islam sebagai Diin (QS. 3 : 19, 85)
tunduk
wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7)
diin para nabi dan rasul (QS.2:136,3 :84)
hukum-hukum Allah (QS. 5 : 48-50)
jalan yang lurus (QS. 6 : 153)
keselamatan dunia akhirat (QS. 16 : 97, 2 : 200, 28 : 77)
Islam tinggi dan tak ada kerendahan di dalamnya.
=========================================
2) ISLAM WA SUNNATULLAH (Islam Dan Ketentuan Allah)
Sinopsis :
Allah swt sebagai khaliq memiliki kewajiban dan hak mutlak untuk menentukan aturan bagi kepentingan dan kebaikan manusia serta makhluq lainnya. Aturan yang Allah tentukan berupa Islam dan mendatangkan rasul sebagi uswah dan teladan yang diperuntukkan bagi manusia. Mereka yang mengikuti aturan tersebut disebut adalah Muslim dan yang tidak mengikutinya disebut kafir.
Allah swt selain menciptakan manusia juga menciptakan alam semesta dan seisinya. Ketertiban, keteraturan dan keselamatan perjalanan kehidupan alam ini berlaku dengan sunnah kauniyah yang Allah berikan kepadanya. Seluruh alam semesta tunduk, bersujud, bertahmid dan berislam kepadaNya. Alam semesta tak ada yang kafir, mereka semuanya muslim dan berserah diri kepada Allah dengan mengikuti segala aturannya.
Islam merupakan sunnatullah dan ditetapkan kepada alam dan manusia. Sunnatullah kepada alam bersifat mutlak, langgeng dan kontinyu yang merupakan taqdir kaum ini dalam tunduk kepada Allah. Sedangkan sunnatullah kepada manusia berupa hidayah yang Allah berikan. Hidayah inipun bergantung kepada kehendak dan ikhtiar manusia serta merupakan taqdir syar’i. Kemudian sikap manusia terbagi menjadi dua : menerimanya (muslim) dan menolaknya (kafir).
Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Allah pencipta (QS. 59 : 23) yang menciptakan alam (QS. 25 : 2) dan menentukan aturan (QS. 25 : 2, 54 : 59, 15 : 20).
Seluruh alam semesta sujud, tasbih, tahmid (QS. 13 : 15, 22 : 18, 6 : 50, 59 : 1, 64 : 1, 24 : 41, 17 : 44)
Al Khaliq menurunkan taqdir syar’I (QS. 6 : 153, 45 : 18).
Islam sebagai Diin (3 : 19, 85)
Rasul sebagai contoh pelaksanaan diin kepada manusia (QS. 33 : 21)
Ada yang menerima (disebut muslim) sesuai dengan alam semesta, ada yang menolak (disebut kafir) subversif di alam semesta.
Alam semesta memiliki sifat tunduk kepada Allah secara mutlak
===========================================
3) Syumuliatul Islam (Kesempurnaan Islam)
Sinopsis :
Kita berbahagia dan bersyukur karena Allah menciptakan kita sebagai muslim. Artinya, kita mendapatkan jaminan dari Allah Swt untuk mendapatkan keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Keselamatan hidup di dunia dan di akhirat akan Allah berikan manakala kita memang benar-benar menjalankan syariat Allah Swt. Sesuai dengan nama Islam itu sendiri, inti dari keislaman kita adalah tunduk, berserah diri, menjalankan hukum-hukum Allah Swt. Dengan demikian, tidak ada satu pun yang mampu mengalahkan ketinggian Islam, Al Islam ya’lua walaa yu’laa alaihi.
Kita sebagai umat Islam harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang syamil. Agama yang di dalamnya terdapat kesempurnaan. Ketika kita memproklamasikan diri sebagai muslim, kita harus berupaya sepenuh jiwa dan raga untuk melaksanakannya dengan menyeluruh, tidak setengah-setengah (juz’iyah). Seorang muslim tidak boleh mengambil sebagaian dan menolak sebagian. Pemahaman seperti itu adalah pemahaman yang keliru. Hal ini bisa kita baca dalam Q.S. 2 : 208 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya,”Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Kesempurnaan yang tercipta dalam Islam adalah kesempurnaan dalam:
1. Waktu
2. Minhaj
3. Tempat
1. Kesempurnaan dalam waktu
Islam dibawa oleh para nabi kita, dari nabi Adam hingga nabi Muhammad Saw. Risalah yang dibawa adalah risalah yang sama, risalah yang satu yaitu Islam. Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
[21:107] "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Islam yang dibawa para nabi secara umum dirisalahkan kepada kaumnya. Misalnya Nabi Nuh membawa risalah Islam untuk kaum tsamud, nabi Luth untuk kaum Sodom, dan sebagainya. Sementara itu, Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi menyempurnakan tersebarnya Islam dan dirisalahkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini dari dulu hingga kiamat tiba.
Allah berfirman,
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
[33:40] "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
2. Kesempurnaan minhaj
Islam itu ibarat sebuah bangunan. Bagian yang satu melengkapi bangunan yang lain hingga menjadi sebuah bangunan yang kokoh.
Asas dari Islam adalah akidah yang kuat. Hal ini erat hubungannya dengan rukun iman. Oleh karena itu, seorang muslim yang kaffah adalah yang menempatkan akidah sebagai asasnya. Dengan kata lain, profil pertama kali yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah salimul aqidah, yakni akidah yang selamat. Sehebat apa pun ia beramal dalam kehidupan sehari-hari, tanpa akidah yang selamat, amal yang dilakukannya menjadi sia-sia.
Bangunan Islam adalah ibadah. Yakni, rukun Islam. Kita menjadi muslim saat kita membuat bangunan ini. Kita shalat dengan shalat yang benar, yaitu mendirikan shalat bukan hanya menjalankan shalat. Kita saum dengan hanya mengharap rida Allah, kita berzakat, berhaji. Selain ibadah, bangunan islam yang kedua adalah akhlak. Artinya, beribadah kepada Allah tidaklah cukup. Seorang muslim pun harus mempunyai akhlak yang baik dan mulia, baik kepada Allah Swt, manusia, dan juga kepada alam yang telah Allah ciptakan untuk kehidupan kita di muka bumi ini.
Penyokong atau penguat dalam kesempurnaan minhaj ini adalah jihad dan dakwah (amar makruf nahi munkar). Ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan jihad dan dakwah adalah sebagai berikut:
Q.S. 29(Al-ankabut) : 6
وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
[29:6] Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam
[29:69] Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik
Q.S. 16 : 125
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
[16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
3. Sempurna dalam tempat
Islam hanya mempunyai satu pencipta, yaitu Allah Swt. Allahlah yang menciptakan alam beserta isinya. Segenap makhluk yang berada di muka bumi ini baik yang tampak maupun tidak tampak sudah seharusnya menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Kasih sayang Allah lah yang menyebabkan kita sebagai muslim. Dan sudah tentu, manakala kita benar-benar menjalankan Islam, kita akan mendapatkan keberuntungan yang nyata, yakni bahagia di dunia dan akhirat.
Allah berfirman,
وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
[2:163] Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
[2:164] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Semoga Allah Swt menetapkan kita sebagai pribadi muslim yang benar-benar istiqomah menjalankan keislamannya. Hanya umat yang taatlah yang akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Wallahualam bishawab.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Syumuliatul islam (QS. 2 : 208).
Syumuliyatuz zamaan (QS. 2 : 208):
risalah yang satu (QS. 29 : 90, 34 : 28, 21 : 107)
penutup para nabi (QS. 33 : 42)
Syumuliyatul minhaj :
asas aqidah (syahadatain dan rukun iman)
bangunan Islam : ibadah, rukun islam (sholat, shiyam, zakat haji), akhlaq
penyokong/penguat : jihad (QS. 29 : 6,69, 47 : 31)atau amar ma’ruf nahi munkar (QS. 3 : 104, 7 : 99, 9 : 112) dan da’wah (QS. 16 : 125, 41 : 33)
Syumuliyatul makan (QS. 22 : 40)
kesatuan pencipta (QS. 2 : 163-164)
kesatuan alam (QS. 2 : 29, 67 : 15)
=========================================
4) Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Sinopsis :
Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (QS. 2 : 255), moral (QS. 7 : 99), tingkah laku (QS. 2 : 138), perasaan (QS. 30 : 30), pendidikan (QS. 2 : 151, 3 :162, 62 : 2), sosial (QS. 24 : 7), politik (QS. 3 : 85-86, 12 : 40), ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 : 7), militer (QS. 8 : 60, 9 : 5-8), hukum/perundang-undangan (QS. 4 : 65).
Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Islam sebagai pedoman hidup :
§ konsep keyakinan (QS. 2 : 255)
§ moral (QS. 7 : 99)
§ tingkah laku (QS. 2 : 138)
§ perasaan (QS. 30 : 30)
§ pendidikan (QS. 2 : 151, 3 :162, 62 : 2)
§ sosial (QS. 24 : 7)
§ politik (QS. 3 : 85-86, 12 : 40)
§ ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 : 7)
§ militer (QS. 8 : 60, 9 : 5-8)
§ hukum/perundang-undangan (QS. 4 : 65)
===========================================
5) ISLAM AKHLAQUN (Islam Sebagai Akhlak)
Sinopsis :
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4). Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak ada seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan aksesoris seperti pakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.
Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namun karena kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian.”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan : “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
KEUTAMAAN AKHLAK
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat rashulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa rashulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rashulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambilakhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Islam memiliki sistem akhlaq yang mampu membedakan dengan sistem moral lainnya buatan manusia. Sebab akhlaq Islam berpedoman kepada Al Qur’an, yang mengajarkan hubungan Allah sebagai khaliq kepada manusia sebagai makhluq. Akhlaq adalah tingkah laku makhluq yang diridhai oleh Khaliq. Hubungan manusia kepada Allah adalah akhlaq.
Bentuk-bentuk hubungan akhlaq adalah :
Akhlaq kepada Allah (QS. 2 : 186),
Akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2 : 44),
Akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2 : 83, 31 : 17-19),
Akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11 : 61, 7 : 56).
Inti dari ajaran akhlaq adalah melepaskan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan mulia.
==========================================
6) ISLAM FIKRATAN (Islam Sebagai Fikrah)
Manusia yang diciptakan Allah terbagai menjadi muslim dan kafir. Realitas ini menunjukkan bahwa terdapat manusia yang membawa kebenaran dan ada yang membawa kebatilan. Perbenturan akan selalu berlku di antara keduanya karena landasan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak adalah berbeda. Islam adalah sumber fikrah dan kepadanya seorang Muslim merujukkan kerangka fikirnya. Di lain pihak, kaum kuffar merujuk kepada hawa nafsunya. Islam yang haq, jelas, tetap dan sempurna tak akan dapat ditandingi oleh kebatilan.
Muslim yang beriman menjadikan bashirah sebagai sumber fikrahnya, sedangkan kuffar menjadikan hawa nafsu sebagai sumber fikrahnya. Manusia, baik ia seorang muslim ataupun kafir, memahami sesuatu yang ada disekitarnya berlandaskan keyakinannya. Hal sedemikian juga jga berkeneaan dalam memahami Allah, risalah, ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan.
Muslim yang beriman dalam memandang segala sesuatu selalu mendayagunakan bashirahnya sehingga selalu muncul tashawur yang sahih, yang berimplikasi kepada munculnya fikrah yang islami. Hal ini yang mengantarkan terwujudnya amal-amal islami. Sebaliknya, pihak kuffar mendasari fikrahnya dari hawa nafsu yang bersifat berubah-ubah dan temporal untuk memenuhi kebutuhan materialisme dan hedonisme saja, sehingga memunculkan tashawur yang salah/rusak. Hal ini yang menghasilkan fikrah jahiliyah dan amal jahili.
Ringkasan Dalil :
§ Dua bentuk sumber fikrah : kekufuran dengan hawa nafsu dan iman dengan bashirah. Semua dalam rangka memahamai 6 hakikat besar : Allah, risalah ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan.
§ Kekufuran membentuk tashawur yang salah : memunculkan pemikiran jahiliyah, dalam ideologi jahiliyah, diaplikasiakan dalam tingkah laku dan dinamika jahiliyah.
§ Keimanan membentuk tashawur yang benar : memunculkan pemikiran islami, dalam fikrah islamiyah, diaplikasiakan dalam amal Islami dan harakah islamiyah.
MARIFATUL QURAN
Pendahuluan
Al Qur’an adalah pedoman hidup setiap muslim. Di dalamnya berisi panduan aturan hidup dan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat dan dirinya sendiri. Bila seseorang mendekati sumber hidayah ini Insya Allah akan tersentuh dengan petunjukNya dan bila tidak mendekat-Nya akan jauh dari hidayah-Nya.
Bagi setiap muslim berinteraksi dengan Al Qur’an menjadi suatu kebutuhan untuk menyemarakkan cahaya Islam dalam kehidupannya. Dalam berinteraksi dengan Al Qur’an dibutuhkan kebersihan hati dan diri dari cinta dunia. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang kuat untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan Al Qur’an.
Mu’min yang berinteraksi secara baik dengan Al Qur’an akan mendapat posisi yang baik di sisi Allah. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda “Perumpamaan mu’min yang membaca Al Qur’an ibarat buah utrujah (sejenis limau), baunya harum dan rasanya lezat. Orang mu’min yang tidak membaca Al Quran ibarat buah kurma, tidak berbau tapi manis rasanya. Orang munafik yang membaca Al Qur’an ibarat buah raihanah, baunya sedap dan rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an ibarat buah petola, tidak berbau dan rasanya pahit”. (HR. Bukhari, Muslim).
Dalam lintasan sejarah, terukir prestasi gemilang yang dicapai oleh jiwa-jiwa Qur’ani yang dimiliki para sahabat (generasi pertama). Sebagai contoh Abdullah bin Ummi Maktum dengan keterbatasan penglihatan karena buta namun ia mampu berjihad dan komitmen terhadap shalat jama’ah. Amr bin Al Jumuh walaupun kakinya pincang semangat jihadnya yang tinggi ditampilkan dalam perang Uhud.
Utsman bin Affan dengan semangat kedermawanan yang tinggi dan masih banyak lagi.
Itulah Al Qur’an tadabburnya mampu memberi kekuatan kepada orang yang lemah, mengingatkan pada orang yang lupa, memberi semangat pada orang yang malas dan memberi inspirasi kepada orang yang ingin maju hidupnya.
Untuk dapat menghasilkan tadabbur yang benar, seorang mu’min membutuhkan 5 syarat yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki aqidah yang benar (shahihul Aqidah)
2. Bersih hati (salamatul qolb)
3. Memahami bahasa arab
4. Memahami Tafsir bil Ma’tsur
5. Memiliki komitmen yang kuat terhadap ajaran Islam
Ketika seorang mu’min sudah memilki kriteria di atas maka Insya Allah akan merasakan bagaimana Al Qur’an memerankan fungsi utamanya yaitu mendidik dan membina jiwa-jiwa manusia agar menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya.
Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Bagian-bagian Al-Qur'an
Al-Qur'an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur'an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub' (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku'.
Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".
Sejarah Turunnya Al-Qur'an
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
- Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
- Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
- Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin. - Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
Muqadimah
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur'an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah SWT. Karena dalam Al-Qur'an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.
Oleh karenanya, mereka-mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur'an sepenuh hati, dapat merasakan 'getaran keagungan' yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur'annya mengungkapkan:
Hidup di bawah naungan Al-Qur'am merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya. Dan Al-Hamdulillah. Allah telah memberikan kenikmatan pada diriku untuk hidup di bawah naungan Al-Qur'an beberapa saat dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar belum pernah aku rasakan sebelumnya sama sekali dalam hidupku.
Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur'an, manakala diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312):
Bahwa suatu ketika, Abu Jahal, Abu Lahab dan Akhnas bin Syariq, yang secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah SAW pada malam hari untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela, dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah SAW. Namun pada malam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah SAW, dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan. Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qur'an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari sebelumnya. Dana manakala Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat mu'ahadah (perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah SAW guna mendengarkan Al-Qur'an.
Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur'an, namun hawa nafsu mereka memungkiri kenabian Muhammad SAW. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang mengungkapkan keindahan Al-Qur'an. Allah mengatakan (QS. 58 : 21):
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Ta'rif/pengenalan
Dari segi bahasa, Al-Qu'an berasal dari qara'a, yang berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qira'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih. (Al-Qattan, 1995 : 20) Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 75 : 17):
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu."
Al-Qur'an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara'a. Dalam arti seperti ini, Allah SWT mengatakan (QS. 41 : 3):
"Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui."
Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur'an adalah:
Al-Qur'an adalah Kalamullah yang merupakan mu'jizat yang ditunukan kepada nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.
Keterangan dari definisi di atas adalah sebagai berikut:
1.Kalam Allah.
Bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat.
Allah berfirman (QS. 53 : 4) :
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2. Mu'jizat.
Kemu'jizaan Al-Qur'an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur'an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur'an juga sudah menunjukkan mu'jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga 'prediksi' (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dsb. Salah satu bukti bahwa Al-Qur'an itu merupakan mu'jizat adalah bahwa Al-Qur'an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal Al-Qur'an tandingan, jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur'an merupakan kalamullah. Allah SWT berfirman (QS. 2 : 23 - 24):
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur'an untuk membuat semisal Al-Qur'an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus (QS. 17 : 88):
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh Allah SWT langsung kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an (QS. 26 : 192 - 195)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas."
4. Diriwayatkan secara mutawatir.
Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Diantara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah SAW untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur'an ditulis di pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Diantara yang terkenal sebagai penulis Al-Qur'an adalah: Ali bin Abi Thalib, Mu'awiyah, Ubai ibn Ka'b dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qur'an meskipun tidak mendapatkan instruksi secara langsung dari Rasulullah SAW. Namun pada masa Rasulullah SAW ini, Al-Qur'an belum terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.
Pengumpulan Al-Qur'an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qur'an, karena banyak para sahabat dan qari' yang gugur dalam peperangan Yamamah. Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir kali membacakan Al-Qur'an di hadapan Rasulullah SAW sebelum beliau wafat. Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah. (Al-Qatthan, 1995 : 125-126).
Kemudian pada Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qur'an. Apalagi pada masa beliau kekuasan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing memiliki bacaan/ qiraat yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya. (Qiraat sab'ah). Kondisi seperti ini membuat suasana kehidupan kaum muslimin menjadi sarat dengan perselisihan, yang dikhawatirkan mengarah pada perpecahan. Pada saat itulah, Hudzifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk mrnyslin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/ qiraat yang tetap pada satu huruf. Utsman memerintahkan kepada (1) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3) Sa'd bin 'Ash, (4) Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan diantara mereka, maka hendaknya Al-Qur'an ditulis dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-Qur'an diturunkan. Setelah usai penulisan Al-Qur'an dalam beberapa mushaf, Utsman mengirimkan ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap di simpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian mushaf asli yang dipinta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga jadilah Al-Qur'an dituliskan pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai pada tangan kita. (Al-Qatthan, 1995 : 128-131)
5. Membacanya sebagai ibadah.
Dalam setiap huruf Al-Qur'an yang kita baca, memiliki nilai ibadah yang tiada terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qur'an, yang tidak dimiliki oleh apapun yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman (QS. 35 : 29-39)
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga pernah mengatakan:
Dari Abdullah bin Mas'ud ra, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur'an), maka ia akan mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu huruf." (HR. Tirmidzi)
I. Pengertian Al Qur’an
Sebagai pedoman hidup Al Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mu’jizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW disampaikan kepada manusia secara mutawatir (bertahap) dan membacanya merupakan ibadah.
Al Qur’an adalah firman Allah yang berisikan petunjuk dan syari’at bagi manusia agar mendapat jalan yang benar. Al Qur’an diturunkan ke hati Rasulullah SAW dan terpelihara keasliannya hingga akhir jaman.
Dalam Al Qur’an Surat An Najm (53) : 4, Allah SWT telah memberi tahu kepada kita bahwa Al Qur’an itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mu’jizat, Al Qur’an membuktikan bahwa Al Qur’an adalah kalamullah bukan buatan manusia. Mu’jizat ini diakui oleh para cendekiawan masa lalu dan juga sekarang. Al Qur’an menjadi rujukan utama bagi berbagai disiplin ilmu.
Selain itu berbagai kabar ghaib tentang masa lampau seperti kisah kaum ‘Ad hingga masa yang akan datang yaitu datangnya kiamat terangkum dalam Al Qur’an. Dari segi kebahasaan, rangkaian kata dan susunan kalimat yang ada dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa manusia tidak akan mampu menandinginya apalagi membuatnya, bahkan manusia ditantang oleh Allah untuk membuat tandingan Al Qur’an ( Al Baqarah (2) : 23 ).
Berbeda dengan aktivitas membaca buku lainnya, membaca/tilawah Al Qur’an menjadi ibadah. setiap membaca Al Qur’an maka pahala terus mengalir karena tilawah Al Qur’an adalah ibadah. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Umamah Al Bahili, Rasulullah bersabda: “Bacalah Al Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada pembaca”. (HR. Muslim).
II. Nama-nama Al Qur’an
Al Qur’an memiliki nama-nama lain antara lain:
1. Al kitab (Kitab), QS. Al Baqarah (2) : 2
2. Al Huda (Petunjuk), QS. Al Baqarah (2) : 2, 185
3. Al Furqan (Pembeda), QS. Al Furqaan (25) : 1
4. Ar Rahmah (Rahmat), QS. Al Israa’ (17) : 82
5. Asy Syifa (Obat), QS. Yunus (10) : 67
6. Ruh, QS. Al Mu’min (40) : 15
7. Al Haq (Kebenaran), QS. Al Baqarah (2) : 147
8. Al Bayan (Penerang), QS. Ali Imron (3) : 138
9. Al Mauidzoh (Pengajaran), QS. Al Qamar (54) : 17
10. Adz Dzikru (Peringatan ), QS. Al Hijr (15) : 9
11. Busyro (Berita Gembira), QS. An Nahl (16) : 89
III. Kedudukan Al Qur’an
1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (78) : 1-2
2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah),
QS. Al Maidah (5) : 49-50
3. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69
4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), QS. Al Qashash (28) : 50
6. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
IV. Tuntutan Iman kepada Al Qur’an
1. Al Unsubihi (akrab dengan Al Qur’an) melalui dua cara, yaitu mempelajarinya (ta’alumuhu), mengajarkannya (taklimuhi)
Agar dapat akrab dengan Al Qur’an, hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Membacanya (tilawah)
Ada sepuluh amalan dalam tilawah, antara lain:
• Memahami keagungan dan ketinggian firman Allah
• Mengagungkan Allah
• Kehadiran hati (khusyu’)
• Tadabbur
• Tafahum (memahami secara mendalam)
• Meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman Takhshish (menyadari bahwa diri merupakan sasaran yang dituju Al Qur’an)
• Taatsur (mengimbas ke dalam hati)
• Taraqqi (meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mengajarkan kalam dari Allah)
• Tabarriy (memandang kepada dirinya dengan pandangan ridha
dan tazkiyah)
b. Fahman (Memahami dan mentadabburi isinya), QS. Muhammad (47) : 24
c. Tatbiqon (mengamalkan)
d. Hafidzon (menghapal dan memeliharanya)
2. Tarbiyatu Nafsi Bihi (Mentarbiyah diri dengan Al Qur’an),
QS. Ali Imran (3) : 39
3. Taslim Wa Ahkamihi (Menerima dan tunduk kepada hukum),
QS. Al Ahzab (33) : 36
4. Da’watu ilallah (Menyeru orang kepada-Nya),
QS. An Nahl (16) : 125
5. Iqomatuhu Fil Ardhi (Menegakkan Al Qur’an di muka bumi),
QS. Asy Syuura (42):13
V. Akhlaq Terpuji Terhadap Al Qur’an
1. Membaca Ta’awudz sebelum membaca Al Qur’an,
QS. An Nahl (16) : 98
2. Membaca Al Qur’an secara tartil/perlahan-lahan,
QS. Al Muzzammil (73) : 4
3. Lapang dada menerima Al Qur’an, QS. Al A’raf (7) : 2
4. Mendengarkan baik-baik bacaan Al qur’an, QS. Al Anfal (8) : 2-4
VI. Akhlaq Tercela Terhadap Al Qur’an
Mentertawakan peringatan (tidak mengindahkan) Al Qur’an,
QS. Adh Dhuhaa (93) : 59-62
VII. Bahaya Melupakan Al Qur’an
1. Kesesatan yang nyata, QS. An Nisa (4) : 60
2. Sempit dada, QS. Al An’am (6) : 125
3. Kehidupan yang serba sulit, QS. Thaahaa (20) : 124
4. Mata hati yang buta, QS. Al Hajj (22) : 46
5. Hati menjadi keras, QS. Al Hadiid (57) : 16
6. Zalim dan hina, QS. As Sajdah (32) : 22
7. Bersahabat dengan syaithan, QS. Az Zukhruf (43) : 36
8. Lupa pada diri sendiri, QS. Al Hasyr (59) : 19
9. Fasiq, QS. Ar Ra’d (13) : 19-20
10. Nifaq, QS. An Nur (24) : 49-50
VIII. Syarat agar dapat mengambil manfaat dari Al Qur’an
1. Bersikap sopan (niat yang baik, hati dan jasad bersih)
2. Baik dalam talaqqi (membaca Al Qur’an secara tertib)
3. Berorientasi kepada tujuan yang asasi dari Al Qur’an
4. Mengikuti cara interaksi sahabat dengan Al Qur’an
MARIFARULLAH
Pentingnya Mengenal Allah
2. Tema pembicaraan ma'rifatullah — Allah Rabbul Alamin (QS. 13:16 , 6:12 , 19 , 29:59 , 24:35 , 2:255 )
3. Didukung dalil yang kuat:
· Naqli (QS.6:19 )
· Aqli (QS. 3:190 )
4. Dapat meningkatkan iman dan takwa:
· Kemerdekaan (QS. 6:82 )
· Ketenangan (QS. 13:28 )
· Berkah (QS. 7:94 )
· Kehidupan yang baik (QS. 16:97 )
· Keridhaan Allah (QS. 98:8 )
Cara Menuju Ma'rifatullah
1. Jalan menuju pengenalan terhadap Allah swt.
2. Ayat-ayat:
· Ayat qauliyah (QS. 95:1-5 )
3. Metode Islam:
· Menghasilkan iman
4. Metode selain Islam:
· Berakibat kufur
Penghalang Mengenal Allah
A. Sifat-sifat yang menghambat pengenalan terhadap Allah
1. Sifat yang berasal dari penyakit syahwat
· Banyak Dosa (QS. 83:14 )
Akan dimurkai — diobati dengan mujahadah
2. Sifat yang berasal dari penyakit subhat
· Jahil (QS.39:65 )
· Ragu-ragu (QS. 22:55 )
· Menyimpang (QS. 5:13 )
· Lalai(QS. 7:179 )
Berakibat Sesat — diobati dengan Ilmu
Bukti Keberadaan Allah
1. Eksistensi Allah
2. Mengagungkan Allah
3. Mentauhidkan Allah (QS. 21:92
Mengesakan Allah
1. Tauhidullah
· Pencipta (QS. 25:2 )
· Pemilik (QS. 2:284 )
2. Mulkiyatullah
· Pemimpin (QS. 7:196 )
· Pembuat Hukum (QS. 12:40 )
· Pemerintah (QS. 7:54 )
· Yang dituju (QS. 6:162 )
c. Iman terhadap Allah (QS. 2:256 )
· Mengabdi hanya kepada Allah (QS. 16:36 )
· Mengesakan Allah dalam beribadah (QS. 98:5 )
3. Akhthar Asy-Syirk (Bahaya Syirik)
b. Definisi thaghut (QS. 96:6 , 7 dan 8 , 79:17 ) adalah segala sesuatu yang diabdi selain Allah dan dia ridha diibadahi.
c. Macam-macam thaghut:
c. Bahaya Syirik:
· Kezhaliman yang besar (QS. 31:13 )
· Dosa yang besar (QS. 4:48 )
· Diharamkan surga (QS. 5:72 )
· Masuk neraka (QS. 5:72 )
Hidup Dibawah Naungan Tauhid )
- Allah:
- Macam-macam, tauhid:
- Terangkum dalam kalimat la ilaha illallah:
- Tercapai kehidupan yang baik (QS. 16:97 )
Makna La Ilaha Illallah
A. Makna La ilaha illallah:
1. Tiada pencipta selain Allah (QS. 25:2 )
7. Tiada yang dicintai selain Allah (QS. 2:165 )
10. Tiada yang memberi manfaat atau mudharat selain Allah (QS.6:17 )
11. Tiada yang menghidupkan atau mematikan selain Allah (QS.2:258 )
15. Tiada yang diagungkan selain Allah
16. Tiada yang dimohon pertolongannya selain Allah (QS. 1:5 )
Mencintai Allah
1. Hakikat Cinta:
2. Ciri-ciri Cinta:
· Selalu mengingat-ingat (QS. 8:2 )
· Mengagumi (QS. 1:1 )
· Ridha /rela (QS. 9:61 )
· Siap berkorban (QS. 2:207 )
· Takut(QS. 21:90 )
· Mengharap(QS. 21:90 )
· Menaati(QS. 4:80 )
3. Tingkatan Cinta:
· Cinta menghamba —hanya dengan Allah —untuk menyembah atau mengabdikan diri (QS. 2:21 )
· Mesra —dengan Rasulullah dan Islam —untuk diikuti
· Rasa rindu —dengan Mukminin (keluarga atau jamaah)— untuk saling kasih sayang dan saling mencintai (QS. 48:29 , 5:54 , 55 dan 56 )
· Curahan hati — untuk kaum Muslimin umumnya — untuk persaudaraan Islam
· Rasa simpati — pada manusia umumnya — untuk dida'wahi
· Hubungan hati — hanya dengan benda-benda — untuk memanfaatkan
4. Kelaziman Cinta:
a. Menghasilkan loyalitas (wala).
· Mencintai siapa-siapa yang dicintai Kekasih
· Mencintai apa saja yang dicintai Kekasih
b. Melepaskan diri (bara'):
· Membenci siapa saja yang dibenci Kekasih
· Membenci apa saja yang dibenci Kekasih
Kesertaan Allah
2. Mukmin:
· Iman (QS. 16:128 )
5. Mencapai sukses (QS. 3:185 )
6. Kafir - ingkar nikmat Allah (QS. 16:83 )
8. Akibatnya bermaksiat kepada Allah
Berbuat Baik
· Niat yang ikhsan (QS. 2:207 )
· Niat yang ikhlas (QS. 98:5 )
· Pekerjaan yang tertib
· Penyelesaian yang baik (QS. 94:7 )
3. Amal yang ikhsan:
Ilmu Allah
2. Jalan formal (khusus):
· Dengan wahyu (QS. 3:38 )
3. Jalan nonformal (umum):
· Dengan ilham (QS. 90:5 )
· Berfungsi sebagai sarana hidup (QS. 11:61 )
· Kebenaran ekspertmental (QS. 10:36 )
4. Untuk manusiaagarberibadah (QS.51:56 )
MARIFATUL IHSAN
Pengenalan Manusia
1. Manusia terbuat dari:
2. Manusia terdiri dari unsur:
a. Hati:
· Kehendak (QS. 18:29 )
· Kebebasan memilih (QS. 90:10 )
b. Jasad — untuk beramal (QS. 9:105 )
3. Karenanya manusia diberi amanah untuk melaksanakan:
· Kedudukan khalifah (QS. 2:31 )
Hakikat Manusia
1. Makhluk:
· Berada dalam fitrah (QS. 30:30 )
· Lemah (QS. 4:28 )
· Bodoh (QS. 33:72 )
· Fakir (QS. 35:15 )
2. Dimuliakan:
· Dengan ditiupkan ruh (QS. 32:9 )
· Memiliki keistimewaan (QS 17:70 )
3. Dibebani:
· Ibadah (QS. 51:56 )
· Iman
· Kufur
Potensi Manusia
· Pendengaran
· Penglihatan
· Hati
4. Al-Khilafah
· Tidak menentang terhadap peraturan (QS. 100:6-11 )
5. Khianat
· Bagaikan anjing (QS. 7:176 )
· Bagaikan monyet (QS. 5:60 )
· Bagaikan babi (QS. 5:60 )
· Bagaikan kayu (QS. 63:4 )
· Bagaikan batu (QS. 2:74 )
· Bagaikan laba-laba (QS. 29:41 )
· Bagaikan keledai (QS. 62:5 )
Nafsu Manusia
2. Ruh mendominasi hawa nafsu
3. Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4:137-143 )
· Berorientasi pada akal (QS. 2:9 )
· Jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75:2 )
4. Ruh yang didominasi hawa nafsu
· Berorientasi syahwat (QS. 3:14 )
· Jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan (QS. 12:53 )
Sifat Manusia
· Dengan bersyukur
· Bersabar
· Penyantun
· Penyayang
· Bijaksana
· Suka bertaubat
· Lemah lembut
· Senantiasa jujur
· Dapat dipercaya
Akan memperoleh kejayaan (kesuksesan)
2. Jalan salah (fujur): mengotori jiwa (QS. 91:10 )
· Gelisah (QS. 70:20 )
· Tak mau berbuat baik (QS. 70:21 )
· Pelit (QS. 17:100 )
· Kufur (QS. 14:34 )
· Pendebat (QS. 18:54 )
· Pembantah (QS. 100:6 )
· Zalim (QS. 14:34 )
· Jahil (QS. 33:72 )
Hakikat Ibadah
1. Perasaan (sumber pelaksanaan Ibadah)
· Merasakan banyaknya nikmat Allah (QS. 16:18 , 55:13 ,18 , 21 , 23 , 25 , 28 , 30 ,dst, 31:20 ,14:7 )
2. Ibadah yang dilakukan merupakan:
· Tujuan menghinakan diri (QS. 35:14 )
· Tujuan kecintaan (QS. 2:165 )
Kesempurnaan Ibadah
1. Integralitas Ibadah
a. Mencakup seluruh persoalan din
· Wajib
· Sunnah
b. Mencakup seluruh kehidupan
· Amal-amal yang baik
· Amal sosial
· Amal kehidupan
· Memakmurkan Bumi
· Menegakkan din (QS.2:208 )
c. Mencakup seluruh kehidupan manusia
· Hati
· Akal
· Anggota tubuh (QS. 3:191 )
Diterimannya Ibadah
1. Ibadah terdiri dari dua bentuk
2. Ibadah Mahdhah
· Diisyaratkan (QS. 59:7 )
· Mengikuti cara yang benar (hadist)
Kewajiban kita ittiba dalam manhaj dan cara (QS. 7:157 )
3. Ibadah bukan Mahdhah
Kewajiban kita ittiba' dalam manhaj (hadits)
Hasil Ibadah
1. Prinsip mencapai Ibadah yang benar:
· Iman (QS. 4:136 )
· Islam (QS. 2:112 )
· Tunduk(QS. 9:112 )
· Tawakal (QS. 11:88 )
· Cinta (QS. 2:165 )
· Takut (QS. 76:7 )
· Taubat (QS. 9:112 )
· Do'a (QS. 25:77 )
Hasil Taqwa
1. Hasil-hasil takwa
· Rahmat (QS. 98:8 )
· Furqan (QS. 8:29 )
· Berkat (QS. 7:96 )
· Jalan keluar (QS. 65:2 )
· Rezeki (QS. 65:3 )
· Kemudahan (QS. 65:5 )
· Dihapuskan kesalahan (QS. 65:5 )
· Ampunan (QS. 65:5 )
· Pahala yang besar (QS. 65:5 )
Kesempurnaan ini merupakan kebaikan di dunia dan di akhirat (QS. 2:200 )
Keseimbangan
1. Manusia
· Lurus (QS. 30:30 )
2. Dengan gizi ini akan melahirkan kenikmatan lahir dan batin (QS. 31:20 )
Misi Manusia
· Ibadah
· Taqwa
· Harga Diri
2. Khilafah (QS. 2:30 )
· Materi
· Ruhani
· Taujih —-> Peradaban
· Syari'ah — > Akhlak
· Materi
· Ruhani
· Harapan -> balasan yang baik
· Menahan -> hukuman
c. Menjaga (hadits)
· Agama
· Nafsu
· Akal
· Harta
· Keturunan
Menunjukkan yang haq adalah haq dan batil adalah batil (QS. 8:8)
Menjadi unsur-unsur kekuatan Islam (QS. 8:60)
· Kekuatan jamaah. (QS. 61:4 )
· Kekuatan ilmu. (QS. 17:36 )
· Kekuatan harta. (QS. 49:15 )
· Kekuatan jihad. (QS. 9:111 )
Membangun Harga Diri
· Kemuliaan
· Keutamaan
· Diperuntukkan
· Amanah
Kemuliaan manusia (QS. 17:70 )
3. Kewajiban seorang Muslim (QS. 63:8 )
· Aqidah
· Ibadah
· Takwa
Ketinggian Islam (Hadits)
4. Ummat Islam (QS. 3:110 )
· Iman
· Jujur
· Percaya
· Loyal
· Taat
· Komitmen
· Bergerak
· Kuat / Kekuatan
MARIFATUL ROSUL
Kebutuhan Manusia Kepada Rasul )
· Keberadaan Sang Pencipta (QS.23:83-90 )
· Mengabdi pada Sang Pencipta (QS. 2:21 )
· Hidup yang Teratur (QS. 28:50 )
3. Beribadah yang Benar (QS. 21:25 )
Pengertian Tentang Rasul
1. Rasul
· Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan Risalah Islam kepada manusia (QS. 5:67 , 33:39 )
2. Tanda-tanda kerasulan
· Sifatdasar(QS. 68:4 )
· Berita kedatangan (QS. 61:6 )
· Hasil-hasil perbuatan (QS. 48:29 )
Kedudukan Rasul
· Keturunannya (Sirah & Hadits)
· Fisiknya (Sirah & Hadits)
Sejarah Kenabian (QS. 12:111 ) - Fiqh Sirah
2. Rasul di antara rasul-rasul Allah (QS. 3:144 )
Da'wah kenabian (QS. 9:40 ) - Fiqhud Da'wah
3. Sunnah Rasul - Fiqhu Al-Ahkam
Sifat-sifat Rasul
1. Sifat-sifat rasul:
· Cerdas (QS. 48:27 )
2. Akhlak yang agung yaitu akhlak AlQur'an (QS. 68:4 )
3. Sebagai suri teladan (QS. 33:21 )
Tugas-tugas Kerasulan
A. Tugas-tugas kerasulan:
· Memperkenalkan Al-Khaliq (QS. 7:175 )
· Menjelaskan tata cara ibadah
· Menjelaskan pedoman hidup
· Mendidik para shahabat — dengan arahan dan nasehat.
· Membina kader (QS. 3:104 )
· Membuat konsep da'wah (QS. 3:159 )
Kekhususan Risalah Muhammad S.A.W.
1. Muhammad saw:
· Penutup para nabi (QS. 33:40 )
· Penghapus risalah sebelumnya
· Membenarkan para Nabi sebelumnya (QS. 61:8 )
· Penyempurna risalah sebelumnya, ditujukan untuk seluruh manusia (QS. 34:28 )
· Ditujukan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS. 21:107 )
2. Risalah Muhammad adalah risalah Islam: intinya petunjuk /Al-Qur'an dan agama yang benar yaitu Islam
3. Wajib berda'wah:
· Menjadi saksi (QS. 33:45 )
· Memberi berita gembira (QS. 33:45 )
· Memberi peringatan (QS. 33:45 )
· Menyeru ke jalan Allah (QS. 33:46 )
· Cahaya yang menerangi (QS 33:46 )
Kewajiban Terhadap Rasul
1. Muhammad Rasulullah:
· Membenarkan apa yang dikabarkannya (QS. 39:33 )
· Menjauhi apa yang dilarangnya (QS. 59:7 )
· Tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya (QS. 4:80 )
2. Kewajiban terhadap Rasulullah:
· Mengimani (QS. 61:11 )
· Mencintai
· Mengagungkan (QS. 48:7 )
· Mencintai para pencintanya (QS. 48:29 )
· Menghidupkan sunahnya (QS. 3:130 )
· Memperbanyak shalawat (QS. 33:56 )
· Mengikutinya (QS. 3:31 )
· Mewarisi risalahnya (QS. 48:28 )
Buah Dari Mengikuti Rasul
A. Seorang muslim yang beriman kepada Rasul dengan mengikuti jejaknya (ittiba') akan memperoleh dua kebaikan:
1. Kebaikan di dunia (QS. 2:201 ):
· Dicintai Allah (QS. 5:54 )
· Dirahmati Allah (QS. 3:132 )
· Mendapat petunjuk Allah (QS. 42:53 )
· Kemuliaan (QS. 63:8 )
· Kemenangan (QS. 5:56 )
2. Kebaikan di akhirat (QS. 2:203 ):
· Pembelaan (QS. 75:22 )
· Keceriaan wajah (QS. 75:22 )
· Mendampingi Rasulullah (QS. 4:69 )
· Bersahabat dengan orang saleh (QS. 4:69 )
· Mendapat keuntungan (QS. 58:22 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar